loading...
loading...
ilustrasi Salat Berjamaah (Antara Foto) |
Diantara 5 waktu salat, mengapa salat dzuhur dan ashar yang bacaannya tidak bersuara? Melafalkan bacaan surat bukanlah persoalan wajib atau sunnah maupun salah atau benar. Bacaan salat dzuhur atau ashar yang dikeraskan atau tidak, lebih didasarkan pada kebolehan untuk melaksanakannya atau tidak.
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dalam shahih Muslim telah memberitahukan bagaimana keadaan Rasulullah ketika salat.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah shalat bersama kami. Pada shalat zuhur dan ashar, beliau membaca Al Fatihah dan dua surat di rakaat yang pertama. Sesekali beliau memperdengarkan ayat yang beliau baca. Adalah beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dari salat zuhur dan memendekkannya pada rakaat yang kedua. Begitu juga pada saat shalat subuh.”
Dari penjelasan ini, "Sesekali beliau memperdengarkan ayat yang beliau baca," bahwa dibolehkan mengeraskan bacaan surat pada salat dzuhur dan ashar. Sehingga mengerasakan atau diam dalam bacaan surat bukan menjadi syarat sahnya suatu sholat.
Allah SWT berfirman, memperjelas alasan mengapa salat dzuhur dan ashar tidak bersuara.
"Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara keduanya itu." (QS Al Isra 110)
Ayat ini menjelaskan ketika Rasulullah SAW memimpin salat berjamaah bersama para sahabat dengan mengeraskan bacaan surat, dan kaum musyrikin Mekkah mendengarnya, mereka pun mencaci maki bacaan tersebut, mencaci maki pula Dzat yang menurunkannya dan mencaci maki orang yang menyampaikannya.
Allah SWT memerintahkan untuk tidak "mengeraskan" ketika siang hari, agar tidak menjadi celaan bagi kaum musyrikin.
Akan tetapi Allah SWT juga menyampaikan, "Dan janganlah pula merendahkannya." Sehingga bacaan mesti tetap terdengar oleh para sahabat yang berada di shaf pertama. Maka karena itu Allah SWT memerintahkan Rasul untuk mencari jalan pertengahan diantara keduanya.
sumber
loading...